Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud ra, katanya:

“Hendaklah penghafaz Al-Qur’an menghidupkan malamnya dengan membaca Al-Qur’an ketika orang lain sedang tidur dan siang harinya ketika orang lain sedang berbuka. Hendaklah dia bersedih ketika orang lain bergembira dan menangis ketika orang lain tertawa, berdiam diri ketika orang lain bercakap dan menunjukkan kekhusyukkan ketika orang lain membanggakan diri.”


Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali ra, katanya:

“Sesungguhnya orang-orang sebelum kamu, menganggap Al-Qur’an sebagai surat-surat dari Tuhan mereka. Maka mereka merenungkan pada waktu malam dan mengamalkannya pada waktu siang.”

Diriwayatkan dari Al-Fuadhai bin Iyadh, katanya: “Penghafaz Al-Qur’an tidak boleh meminta keperluannya dari seorang khalifah (penguasa)dan dari orang yang berada di bawah kekuasaannya.”

Diriwayatkan dari Al-Fudhai juga, katanya:

“Penghafaz Al-Qur’an adalam pembawa bendera Islam. Tidaklah patut dia bermain bersama orang yang bermain dan lupa bersama orang yang lupa, serta tidak berbicara yang sia-sia dengan kawannya untuk mengagungkan Al-Qur’an.”

Diriwayatkan dari Jabir ra, dari Nabi s.a.w:

“Bacalah Al-Qur’an sebelum datang suatu kaum yang mendirikannya seperti menegakkan anak panah dengan terburu-buru dan mereka tidak mengharapkan hasilnya di
masa depan."
(Riwayat Abu Dawud)

Diriwayatkan dari Fudhai bin Amrin ra, katanya: “Dua orang sahabat Rasulullah s.a.w memasuki satu masjid. Ketika imam memberi salam seorang lelaki berdiri kemudian membaca beberapa ayat dari Al-Qur’an, kemudian dia meminta upah. Salah seorang dari keduanya berkata, Innaa lillahi wa innaa ilaihi raaji’un.’”

Hendaklah dia memelihara bacaan Al-Qur’an dan memperbanyak bacaanya. Ulama salaf mempunyai kebiasaan-kebiasaan yang berlainan tentang tempo dan jangka masa Mengkhatamkan Al-Qur’an. Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari sebagian ulama Salaf bahawa mereka mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam setiap dua bulan, manakala setengah dari mereka mengkhatamkan Al-Qur’an dalam setiap bulan.

Setengah dari mereka mengkhatamkannya sekali dalam sepuluh malam dan setengahnya mengkhatamkan sekali dalam setiap delapan malam.

Banyak dari mereka mengkhatamkan dalam setiap tujuh malam. setengahnya mengkhatamkannya dalam setiap enam malam. Dan ada pula dari mereka mengkhatamkannya dalam setiap lima malam.

Sedangkan setengah dari mereka ada yang mengkhatamkannya dalam setiap empat malam, setiap tiga malam atau setiap dua malam. bahkan setengah dari mereka mengkhatamkannya sekali dalam sehari semalam.

Di antara mereka ada yang mengkhatamkannya dua kali dalam sehari semalam dan ada yeng tiga kali. Bahkan setengah dari mereka mengkhatamkkannya delapan kali, yaitu empat kali pada waktu malam dan empat kali pada waktu siang.

Diantara orang-orang mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam sehari semalam ialah Usman bin Affan ra Tamim Ad-Daariy, Said bin Jubair, Mujahid, Asy-Syafi’i dan lainnya.

Diantara orang-orang yang mengkhatamkan tiga kali dalam sehari semalam ialah Sali bin umar ra Qadhi Mesir pada masa pemerintahan Mu’awiyyah.

Diriwayatkan bahawa Abu Bakr bin Abu Dawud ra mengkhatamkan Al-Qur’an tiga kali dalam semalam.

Diriwayatkan oleh Abu Bakar Al-Kindi dalam kitabnya berkenaan dengan Qadhi Mesir bahawa dia mengkhatamkan Al-Qur’an empat kali dalam semalam.

Asy-Syeikh Ash-Shahih Abu Abdurahman As-Salami ra berkata:

“Aku mendengar Asy-Syeikh Abu Usman Al-Maghribi berkata,‘Ibnu Khatib ra mengkhatamkan Al-Qur’an empat kali pada waktu siang dan empat kali pada waktu malam.”

Ini adalah jumlah terbanyak yang saya ketahui dalam sehari semalam.

Diriwayatkan oleh As-Sayyid, Ahmad Ad-Dauraqi dengan isnadnya dari Manshur bin Zaadzan ra, seorang tabi’in ahli ibadah bahawa dia mengkhatamkan Al-Qur’an di antara waktu Zuhur dan Ashar, kemudian mengkhatamkannya pula antara maghrib dan Isyak pada bulan Ramadhan dua kali. Mereka mengakhirkan sembahyang Isyak pada bulan Ramadhan
hingga berlalu seperempat malam.

Diriwayatkan dari Manshur, katanya:

“Ali Al-Azadi mengkhatamkan Al-Qur’an di antara Maghrib dan Isyak setiap malam pada bulan Ramadhan.”

Diriwayatkan dari Ibrahim bin Said, katanya:

“Ayahku duduk sambil melilitkan serbannya pada badan dan kedua kakinya dan tidak melepaskannya hingga selesai mengkhatamkan Al-Qur’an.”

Sedangkan orang yang mengkhatamkannya dalam satu rakaat banyak sekali hingga tidak terhitung jumlahnya. Diantara orang-orang yang terdahulu ialah Usman bin Affan, Tamim Ad-Daariy dan Said bin Jubair ra yang mengkhatamkan dalam setiap rakaat di Kaabah.

Manakala yang mengkhatamkan Al-Qur’an sekali dalam seminggu, di antara mereka adalah Usman bin Affan r.a: Abdullah bin Mas’ud, Zaid bin Thabit dan Ubai bin Ka’ab ra Dan dari tabi in antara lain ialah Abdurrahman bin Zaid, Alqamah dan Ibrahim rahimahullah. Hal itu berbeda menurut perbedaan orang-orangnya.

Barangsiapa yang ingin merenungkan dan mempelajari dengan cermat, hendaklah dia membatasi diri pada kadar yang menimbulkan pemahaman yang sempurna atas apa yang dibacanya. Demikian jugalah siapa yang sibuk menyiarkan ilmu atau tugas-tugas agama lainnya dan kemaslahatan kaum muslimin yang bersifat umum, hendaklah dia membatasi
pada kadar tertentu sehingga tidak mengganggu apa yang wajib
dilakukannya.

Jika kita belum termasuk ke peringkat yang di capai orang-orang yang disebut ini, maka bolehlah kita memperbanyak membaca Al-Qur’an sedapat mungkin tanpa menimbulakan kejemuan dan tidak terlalu cepat membacanya.

Bersambung................. :)



SUMBER RUJUKAN:

IMAM NAWAWI: KEUTAMAAN MEMBACA DAN MENGKAJI AL-QURAN